ASAHAN - Dalam kondisi cuaca yang terbilang ekstrim, awak media ini pada hari Selasa, (16/05/2023) mencoba menghubungi Wibi Nugraha, sosok pria sederhana serta low profile yang tak lain adalah seorang pejuang lingkungan hidup mangrove dan pemberdayaan masyarakat di pesisir pantai Sumatera Utara, di lokasi pembibitan dan penanaman mangrove.
Kecintaannya terhadap mangrove berawal dari tahun 2006 dan sampai saat sekarang ini, Wibi Nugraha masih terus aktif menanam mangrove.
Wibi Nugraha menceritakan masa lajangnya berakhir dipelaminan setelah hatinya tertambat di hati seorang wanita Medan bernama Wina Widta Astuti yang merupakan cucu seorang pejuang di Kabupaten Langkat.
Kakek istrinya pejuang, yang dimakamkan di Makam Pahlawan Brandan, Sumatera Utara.
Dari buah pernikahan, Wibi dan Wina telah dikaruniai 3 orang anak. Pertama, Langit Biru (9 tahun), kedua, perempuan, Lembayung Senja (5 tahun) dan ketiga, Launa Seindah Pelangi Malaka (3 tahun).
Keseharian Wibi adalah penggiat mangrove dan menanam mangrove dengan kemandirian bersama kelompok tani dan kelompok nelayan, juga kelompok masyarakat.
Berkat kegigihan dan konsistensinya tahun 2019 Wibi meraih juara terbaik 1 Wana Lestari untuk kategori Kader Konservasi Alam dan satu-satunya juara terbaik dari Pulau Sumatera tahun 2019 dan mendapat undangan khusus dari Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo untuk mengikuti upacara bendera Peringatan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2019 di Istana Negara, Jakarta.
Sosok penggiat mangrove ini juga mendirikan sebuah Rumah Baca Merah Putih di Danau Siombak sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.
Rumah baca tersebut gratis, untuk umum dan menjadi tempat untuk siapapun yang ingin belajar tentang lingkungan hidup dan mangrove.
Masuk lumpur, berpanas-panasan merupakan keseharian sosok bersahaja ini. “Saya siap nanam mangrove di daerah mana saja bahkan daerah terisolir sekalipun”, tegasnya.
Baca juga:
Dr.Hidayatullah, Alumni ke-39 PDIE Unila
|
Pria kelahiran Pulau Bangka provinsi Bangka Belitung ini, sejak kecil sudah akrab dengan laut, mangrove dan sungai.
Ayahnya dari Jogjakarta bercampur dengan darah Kalimantan Barat. Ibunya dari pulau Bangka, campuran Melayu dan Bangka.
“Sumatera Utara adalah sebuah cinta yang indah bagiku. Untuk itu aku ingin berbuat yang terbaik untuk masyarakat Sumatera Utara, ingin berjuang untuk saudaraku di pesisir pantai. Alam lestari masyarakat sejahtera inilah yang saya inginkan". Ungkapnya penuh rasa bangga.
Pada perhelatan pesta demokrasi 2024 yang akan datang, Wibi Nugraha telah membulatkan tekat untuk maju sebagai caleg DPRD Provinsi Sumatera Utara yang diusung partai PSI dari daerah pemilihan (dapil) Sumut 12 (Kotamadya Binjai dan Kabupaten Langkat).
“Harapan saya semoga Allah SWT, Tuhan YME merestui perjuangan ini dan saudara, sahabat, kawan kawan, abang abangku, seniorku, kakak kakakku dapat mendukung saya sepenuhnya maju sebagai caleg DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Binjai - Langkat diusung partai PSI". Kata Wibi.
“Menanam mangrove bagiku adalah sebuah bentuk ungkapan nyata hati saya yang sangat mencintai tanah air Indonesia dan alamnya yang indah. Alam Lestari, Masyarakat Sejahtera."
Lanjut Wibi, "Saya termotivasi maju karena melihat Abangku Abdon Nababan juga maju sebagai caleg DPD RI dapil Sumatera Utara. Kami selama ini sudah berjuang bersama, saling melengkapi. Dan partai PSI memberikan kesempatan dan mendukung saya sepenuhnya, ini terbukti Ketua PSI Sumut, H. Nezar Djoeli juga sangat mendukung saya maju sebagai caleg DPRD provinsi Sumatera Utara."
Dalam bincangnya bersama awak media online ini, Wibi juga mengungkapkan bahwa pada Hari Bakti Rimbawan ke 40, (16 Maret 2023) yang lalu Wibi Nugraha kembali mendapatkan piagam penghargaan yang diserahkan langsung oleh Menteri KLHK Republik Indonesia sebagai Mitra Terbaik KLHK dalam merestorasi mangrove.
Dipenghujung bincang ringan tersebut, Wibi Nugraha mengatakan, “Dari segala kerendahan dan ketulusan hati, izinkan saya Wibi Nugraha yang hanya seorang tukang nanam mangrove mengabdi untuk hutan mangrove dan alam Sumatera Utara Lestari dan Masyarakat Sejahtera." Edward Banjarnahor